Kamis, 13 Maret 2014

Perbedaan Bajing Dan Tupai

BAJING DAN TUPAI

Siapa yang tidak kenal dengan Bajing dan Tupai, hampir semua mengenalnya, meskipun banyak orang yang menganggapnya sebagai binatang yang sama. Bajing dan Tupai adalah dua jenis hewan yang berbeda walaupun dari kedua jenis binatang tersebut sama-sama pintar dan hebat, sehingga orang Indonesia sering menggunkan istilah dari kata bajing dan tupai. Bajing dan Tupai memiliki perbedaan, Tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong sangat panjang (bagian muka, mulut dan hidung) sedangkan tidak demikian dengan bajing yang pada bagian mulut dan hidungnya relatif agak rata.

Bajing merupakan mamalia pengerat (ordo Rodentia) dari suku (famili) Sciuridae yang dalam bahasa Inggris disebut squirrel. Sedangkan Tupai berasal dari famili Tupaiidae dan Ptilocercidae yang dalam bahasa Inggris disebut treeshrew. Secara ilmiah (ilmu biologi), Bajing berbeda dengan Tupai, bahkan sangat jauh kekerabatannya.
Dalam hal makanannya pun berbeda. Bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan sedangkan Tupai merupakan binatang pemakan serangga.

Tupai



Tupai adalah segolongan mamalia kecil yang mirip, dan kerap dikelirukan, dengan bajing. Secara ilmiah, tupai tidak sama dan jauh kekerabatannya dari keluarga bajing. Tupai adalah pemangsa serangga, dan dahulu dimasukkan ke dalam bangsa insektivora (pemakan serangga) bersama-sama dengan cerurut, sedangkan bajing dan bajing terbang termasuk bangsa Rodentia (hewan pengerat) bersama-sama dengan tikus.

Dalam bahasa Inggris, tupai disebut treeshrew, yang arti harfiahnya cerurut pohon (tree pohon, shrew cerurut) meskipun tidak semuanya hidup di pohon (arboreal).
Tupai memiliki otak yang relatif besar. Rasio besar otak berbanding besar tubuh pada tupai adalah yang terbesar pada makhluk hidup, bahkan mengalahkan manusia.

Tupai sebelumnya diklasifikasiskan sebagai primata dan insectivora, tetapi sekarang diperlakukan sebagai suku tersendiri, dan sebagian zoologiwan dikelompokkan sebagai suku tersendiri, Scandentia. Ke-8 jenis Tupaia yang terdapat dipulau Kalimantan sangat mirip satu sama lain, tetapi biasanya dapat dibedakan dengan pengamatan yang hati-hati terhadap pola warna dan ukuranya. Bajing-Tanah moncong-runcing Rhiosciurus laticaudatus kadang bila terlihat dari jauh mirip seekor tupai, tetapi dapat dibedakan dari ekornya yang lebih pendek, tubuh bagian bawah lebih pucat dan jika ditangkap jari kaki depan akan mengalami perubahan dan gigi yang sangat berbeda. Anggota suku tupaidae lainya adalah tupai ekor sikat, yang sepintas berbeda dari tupaia dan merupakan satu-satunya anggotasuku yang norkturnal, dan tupai ekor kecil yaitu ras yang terdapat di pegunungan dan ekornya panjang serta kurus.

Tupai pernah dipisahkan dari cerurut dan tikus bulan yang tetap berada dalam bangsa Insectivora, dan dipindahkan ke dalam bangsa Primata yang beranggotakan kukang, singapuar, monyet dan kera. Pemindahan ini karena kemiripan internal tupai dengan bangsa monyet itu, sehingga dianggap sebagai golongan primata awal.

Namun menurut pendapat terbaru berdasarkan kajian kekerabatan molekuler (molecular phylogeny), kini tupai digolongkan tersendiri ke dalam bangsa Scandentia; yang bersama-sama dengan kubung (bangsa Dermoptera) dan bangsa Primata di atas, menyusun kelompok hewan yang disebut Euarchonta. Gambaran cabang-cabang kekerabatan tersebut adalah sebagai berikut:
Euarchontoglires
|--Glires
| |--hewan pengerat (Rodentia), termasuk bajing.
| |--kelinci dan terwelu (Lagomorpha)
\--Euarchonta
|--tupai (Scandentia)
\--N.N.
|--kubung (Dermoptera)
\--N.N.
|--Plesiadapiformes (telah punah)
\--primata (Primata)

Scandentia terdiri dari dua suku yakni Tupaiidae dan Ptilocercidae. Pendapat lain (misalnya Corbet dan Hill, 1992) menyebutkan bahwa bangsa ini terdiri dari suku tunggal Tupaiidae, dengan dua anak suku: Tupaiinae dan Ptilocercinae. Ptilocercidae berisikan satu marga dan satu spesies saja, yakni tupai ekor-sikat Ptilocercus lowii. Sedangkan Tupaiidae memiliki 4 marga dan 19 spesies.

Pulau Kalimantan (Borneo) kemungkinan merupakan pusat keragaman jenis-jenis tupai, mengingat sebelas (12 jika Palawan dimasukkan) dari 20 spesies tupai di dunia dijumpai di sana. Rincian jenis dan penyebarannya adalah sebagai berikut:
• ORDO SCANDENTIA
Suku Tupaiidae
Genus Anathana
Tupai madras (Anathana ellioti). Menyebar di anak benua India.
Genus Dendrogale
Tupai ekor-kecil indochina (Dendrogale murina) Kamboja, Vietnam selatan, Thailand timur.
Tupai ekor-kecil (Dendrogale melanura). Terbatas di Sarawak bagian utara.
Genus Tupaia
Tupai indochina (Tupaia belangeri). Assam, Bangladesh, Burma, Tiongkok selatan, Thailand, Indochina, Hainan.
Tupai mentawai (Tupaia chrysogaster). Kepulauan Mentawai.
Tupai bergaris (Tupaia dorsalis). Borneo.
Tupai akar (Tupaia glis). Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa dan Borneo.
Tupai ramping (Tupaia gracilis). Borneo, Karimata, Bangka dan Belitung.
Tupai kekes (Tupaia javanica). Sumatra, Nias, Jawa dan Bali.
Tupai kaki-panjang (Tupaia longipes). Sarawak.
Tupai kecil (Tupaia minor). Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, dan beberapa pulau seperti Singkep dan Pulau Laut.
Tupai kalamian (Tupaia moellendorffi). Pulau Calamian, Filipina.
Tupai gunung (Tupaia montana). Terbatas di pegunungan di Sarawak.
Tupai nikobar (Tupaia nicobarica). Terbatas di Kepulauan Nikobar.
Tupai palawan (Tupaia palawanensis). Terbatas di Palawan, Filipina.
Tupai tercat (Tupaia picta). Terbatas di Sarawak.
Tupai indah (Tupaia splendidula). Borneo bagian selatan, Karimata, Natuna, dan Pulau Laut.
Tupai tanah (Tupaia tana). Sumatra dan Borneo.
Genus Urogale
Tupai mindanao (Urogale evereti). Terbatas di Mindanao dan pulau-pulau sekitarnya, Filipina.
o Suku Ptilocercidae
Genus Ptilocercus
Tupai ekor-sikat, Ptilocercus lowii. Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo dan pulau-pulau di sekitarnya.

Bajing



Bajing memiliki moncong yang tidak terlalu panjang seperti halnya tupai, bagian muka (mulut dan hidung) relati agak rata atau datar. Bajing memiliki 2 famili atau 2 anak suku antara lain, famili dari Sciuridae (Bajing pohon dan Bajing tanah) dengan jumlah 20 spesies dan famili dari Ptromydae (Bajing terbang) dengan jumlah 14 spesies.

Kerajaan (Kingdom) : Animalia
Dunia (Phyllum) : Chordata
Anak Dunia (Sub Phyllum) : Vertebrata
Kelas (Clasis) : Mamalia
Bangsa (Ordo) : Scandentia ( 2 famili, 34 spesies)

A. Famili Scuiridae
Sebagian bajing ini hidup pada lapisan bawah tanah (teresterial) dan sebagian ada yang hidup di poho (arboreal). Beberapa bajing terlihat sangat mirip, tetapi biasanya dapat diidentifikasi memalui perbedaan pola warna jika binatang ini terlihat jelas. Namun konisi yang ideal jarang sekali, dan banyak bajing tanah hanya terlihat sepintas dalam cahaya yang suram, sedangkan bajing pohon sering tersamar oleh dedaunan atau seperti bayanga di langit. Tropong (Binokular) sangat membantu untuk melihat bajing, dan ada jenis tertentu, kecuali jelarang dan bajing kerdil, cukup mudah diperangkap dalam kandang perangkap untuk diamati lebih dekat. Bajing tanah moncong runcing Rhinosciurus laticaudatus mungkin dari jauh tampak seperti seekor Tupaia karena moncongnya yang meruuncing, tetapi dapat dibedakan dari ekornya yang lebat dan lebih pendek.

B. Famili Pteromydae
Bajing ini dapat terbang (melayang dari atas ke bawah), walaupun tidak dapat benar-benar terbang seperti kelelawar, jenis ini mempunyai membaran diantara kaki depan dan belakang yang memungkinkan melayang jauh diantara pepohonan. Tidak seperti Kubung Malaya , yang juga melayang , ekor bajing terbang tidak terselubung oleh membran.

Bajing terbang kebanyakan norkturnal, dan lebih aktif diantara pepohonan, sehingga binatnag ini sangat sulit dilihat. Bajing terang yang lebih besar terutama aktif pada sore hari. Jika cahaya cukup atau lampu kepala dan lampu sorot yang kuat tersedia, keempat jenis terbesar biasanya dapat dibedakan, terutama dengan binokular. Walaupun demikian, bajing-bajing yang terbang berukuran kecil sampai dengan sedang kelihatan sangat mirip, terutama bajing terbang pipi jingga, bajing terbang pipi kelabu, dan bajing terbang pipi merah sulit diidentifikasi. Pada spesimen musium Petinomys yang lebih kecil dapat dibedakan dengan hylopetes melalui bentu tengkorak. Bajing terbang memiliki ujung ekor putih yang dapat digunakan sebagai ciri pembeda.

Bajing terbang kecil kadang dapat ditangkap dengan jaring kabut pada malam hari, tetapi biasanya ditangkap hanya dengan mencari lubang sarang terlebih dahulu pada batang pohon. Sejumlah besar bajing terbang yang ditangkap dengan cara ini adalah anakan dan sulit untuk diidentifikasi.

Ordo Family Scientific Name Indonesia Name
Scandentia
1 Sciuridae
1 Ratufa affinis Jelarang Bilalang
2 Callosciurrus prevostii Bajing Tiga Warna
3 Callosciurrus baluensis Bajing Kinabalu
4 Callosciurrus notatus Bajing Kelapa
5 Callosciurrus adamsi Bajing Telinga Botol
6 Callosciurrus orestes Bajing Kelabu
7 Sundasciurus hippurus Bajing Ekor Kuda
8 Sundasciurus lowii Bajing Ekor Pendek
9 Sundasciurus tenuis Bajing Bancirot
10 Sundasciurus jentinki Bajing Jentink
11 Sundasciurus brookei Bajing Brooke
12 Glyphotes simus Bajing Kerdil Perut Merah
13 Lariscus insignis Bajing Tanah Bergaris Tiga
14 Lariscus hosei Bajing Tanah Bergaris Empat
15 Dremomys everetii Bajing Gunnung
16 Rhinosciurus laticaudatus Bajing Tanah Moncong Runcing
17 Nannosciurus melanotis Bajing Kerdil Telingan Hitam
18 Exilisciurus exilis Bajing Kerdil Dataran Rendah
19 Exilisciurus whiteheady Bajing Kerdil Telinga Kuncung
20 Rheithrosciurus macrotis Bajing Tanah Ekor Tegak
2 Pteromydae
1 Petaurillus hosei Bajing Terbang Hose
2 Petaurillus emiliae Bajing Terbang Emili
3 Lomys horsfield Bajing Terbang Ekor Merah
4 Aeromys tephromelas Bajing Terbang Hitam
5 Aeromys thomasi Bajing Terbang Coklat Merah
6 Petinomys hageni Bajing Terbang Kepala Tengguli
7 Petinomys genibarbis Bajing Terbang Berjambang
8 Petinomys setosus Bajing Terbang Dada Putih
9 Petinomys vordermanni Bajing Terbang Pipi Jingga
10 Hylopetes lepidus Bajing Terbang Pipi Kelabu
11 Hylopetes spadiceus Bajing Terbang Pipi Merah
12 Pteromyscus pulverulentus Bajing Terbang Berbedak
13 Petaurista petaurista Bajing Terbang Rakasasa Merah
14 Petaurista elegans Bajing Terbang Totol

Macam-Macam Tupai Terbang

*Black Flying Squirrels (Aeromys tephromelas )















*Hairy-footed Flying Squirrel (Belomys pearsonii)

















*Namdapha Flying Squirrel (Biswamoyopterus biswasi)

















*Hylopetes sp

















*Red And White Giant Flying Squirrel (Petaurista alborufus)
















*Red Giant Flying Squirrel (Petaurista petaurista)
















*Siberian Flying Squirrel (Pteromys volans)


Perbedaan Tupai Terbang dan Sugar Glider

Perbedaan Tupai Terbang dan Sugar Glider
Saat ini, tupai terbang dan sugar glider banyak diperdagangkan sebagai hewan peliharaan. 

Meskipun memiliki tampilan fisik yang mirip: mata besar, bagian perut berwarna putih, dan membran di sisi tubuh yang dapat digunakan untuk melayang, tupai terbang dan sugar glider adalah berasal dari 2 subclass berbeda, mereka hanya berkerabat jauh bukan satu keluarga. 

Tupai terbang masuk dalam subclass hewan berplasenta, yaitu hewan yang semasa janin berkembang dalam plasenta di dalam tubuh induknya. Sedangkan Sugar glider masuk dalam subclass marsupalia (hewan berkantung), sama halnya seperti kangguru dan koala, dimana janin dikeluarkan dari tubuh sang induk dengan ukuran sangat kecil untuk selanjutnya berkembang dan menyusui di dalam kantong induknya.








Tupai Terbang
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Mamalia
Subclass: Eutheria (hewan berplasenta)
Ordo: Rodentia (hewan pengerat)
Family: Sciuridae (tupai)
Subfamily: Pteromyinae (tupai terbang)
Genus: Glaucomys
Spesies: volans



Sugar Glider
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Mamalia
Subclass: Marsupialia (hewan berkantung)
Ordo: Diprotodontia
Family: Petauridae
Genus: Petaurus
Spesies: breviceps



Tupai Terbang (Flying Squirrel)




Tupai Terbang (Flying Squirrel)



Nama: Glaucomys volans
Harapan hidup: 10-12 tahun
Panjang: 20-25 cm, termasuk ekor
Berat: 5685 gram

Terdapat banyak spesies tupai terbang, salah satu yang cukup terkenal adalah Southern Flying Squirrel/Glaucomys volans. Nama Glaucomys volans sendiri berasal dari bahasa Yunani ( Glauko = abu-abu, mys = tikus, volans = terbang) yang jika diartikan adalah tikus abu-abu yang bisa terbang.

Meskipun demikian, tupai terbang sebenarnya tidak bisa terbang seperti burung. Hanya satu mamalia yang benar-benar dapat terbang, yaitu kelelawar. Tupai terbang hanya bisa melayang (glide) dari satu pohon ke pohon lainnya ataupun meluncur dari pohon ke tanah tanpa harus mengalami cedera. Kemampuan melayang mereka cukup mengagumkan, pernah tercatat mampu menempuh jarak hingga 90 meter jauhnya. Tupai terbang menggunakan pergelangan tangan mereka sebagai kemudi, sedangkan ekor berbulu mereka digunakan untuk keseimbangan dan rem sebelum pendaratan.

Tupai terbang memiliki bulu sangat tebal dengan mata gelap yang sangat besar, karena tupai terbang adalah hewan nokturnal. Di bagian sisi tubuh mereka di antara kaki depan dan kaki belakang terdapat mebran tipis seperti kulit ditutupi bulu yang digunakan untuk melayang.

Keluarga tupai terbang memiliki banyak jenis yang tersebar di dunia. Diketahui terdapat 15 genus tupai terbang : Aeretes, Aeromys, Belomys, Biswamoyopterus, Eoglaucomys, Eupetaurus, Glaucomys, Hylopetes, Iomys,Petaurillus, Petaurista, Petinomys, Pteromys, Pteromyscus, dan Trogopterus. Yang terbesar adalah spesies tupai terbang berbulu (Eupetaurus cinereus). 

Habitat

Habitat tupai terbang beragam tergantung jenis dan penyebarannya. Untuk Glaucomys volans biasanya ditemukan di selatan dan timur Amerika Serikat. Di Indonesia, tupai-tupai terbang tersebar di hampir semua pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.

Tupai terbang membuat sarang di lubang-lubang di pohon berbatang besar, biasanya pohon mati. Di dalam lubang tersebut, tupai terbang suka meletakkan daun dan ranting untuk membuat sarang mereka lebih nyaman dan hangat. Tidak jarang tupai terbang menggunakan sarang burung pelatuk yang sudah ditinggalkan sebagai sarang baru mereka. Tupai terbang memiliki kebiasaan sering berpindah-pindah dari sarang satu ke sarang lain dan suka berbagi sarang dengan tupai terbang lainnya (5-7 tupai terbang dalam 1 sarang). Kebiasaan berbagi sarang ini kemungkinan ada hubungannya dengan sistem pertahanan mereka dalam menjaga suhu tubuh selama musim dingin, karena tupai terbang tidak melakukan hibernasi, mereka tetap bangun dan aktif mencari makan di musim dingin sekalipun. Namun ada kalanya dimana cuaca buruk saat musim dingin, tupai terbang akan membatasi aktivitas mereka di malam hari.

Makanan

Tupai terbang adalah hewan nokturnal, mereka aktif di malam hari. Tupai terbang lebih sering melayang di malam hari karena mereka tidak mahir melarikan diri dari burung pemangsa yang berburu di siang hari. Alasan lainnya adalah tupai terbang dapat dengan mudah mencari makanan di malam hari, karena indera penciuman mereka sangat tajam.

Makanan tupai terbang di alam liar antara lain: buah-buahan, kacang-kacangan, jamur, telur burung, dan serangga (ngengat). Sumber makanan utama tupai terbang adalah truffle, jamur langka yang merupakan jamur termahal di dunia.Saat pasokan makanan rendah, tupai terbang akan menyimpan lumut dan biji-bijian sebagai cadangan makanan mereka.

Siklus Hidup

Tupai terbang berkembang biak sekali setahun biasanya di bulan Mei atau Juni. Masa kehamilan tupai terbang sekitar 40 hari dimana jumlah anak yang dilahirkan antara 2-6 ekor. Sejak dilahirkan, anak-anak tupai terbang akan dirawat dan dilindungi oleh induk betina mereka hingga mereka mampu meninggalkan sarang. Induk jantan tidak berpartisipasi dalam mengasuh keturunan mereka. Anak tupai terbang terlahir gundul, mata tertutup, dengan kulit berwarna merah transparan. Berat bayi tupai terbang berkisar antara 3-6 gram dengan panjang 60 mm. Setelah 2 minggu berat mereka akan bertambah menjadi 10-15 gram. 

Sekitar usia 4 minggu, mata anak tupai sudah mulai terbuka dan tubuh mereka sudah sepenuhnya ditumbuhi bulu dengan berat badan 25 gram dan panjang 15 cm. Di minggu-minggu selanjutnya, anak tupai mulai berlatih melompat dan melayang. Setelah 7 minggu tupai terbang remaja sudah bisa melayang hingga 1,8 m, dan akan benar-benar mandiri setelah berusia 12 minggu.Tupai terbang akan dewasa secara seksual sekitar 1-2 tahun dan siklus kembali berulang.